Dok. BAZNAS RI
Hari Santri Nasional 2025, BAZNAS Hadirkan Talkshow Inspiratif dan Santripreneur Expo
31/10/2025 | Humas BAZNAS PesawaranBadan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI menyelenggarakan Talkshow Inspiratif dan Santripreneur Expo dengan mengusung tema “Santri Berdaya, Ekonomi Berdikari”, di Kantor BAZNAS RI, dan disiarkan langsung melalui Youtube BAZNAS TV, Kamis (30/10/2025).
Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2025, dan menjadi momentum penting untuk memperkuat peran santri sebagai penggerak ekonomi umat yang mandiri dan berdaya saing global.
Deputi II BAZNAS RI, Dr. M. Imdadun Rahmat, M.S., dalam sambutannya menekankan pentingnya aspek spiritual dalam pemberdayaan ekonomi pesantren.
“Santri adalah penerus estafet dakwah dan pendidikan Islam. Memberdayakan ekonomi mereka berarti memperkuat kemandirian dakwah. Zakat, infak, dan sedekah yang dikelola BAZNAS merupakan investasi untuk membangun ketahanan ekonomi para pelaku dakwah ini,” tegasnya.
Imdadun juga menyambut baik langkah pemerintah yang telah membentuk Direktorat Jenderal Pesantren di Kementerian Agama.
“Kebijakan ini merupakan pengakuan formal atas kontribusi besar pesantren terhadap bangsa. Dengan 1,6 juta santri dan 250 ribu lulusan setiap tahun, pemberdayaan ekonomi pesantren adalah keniscayaan dalam mempercepat pembangunan nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pendayagunaan dan Layanan UPZ dan CSR BAZNAS RI Eka Budhi Sulistyo, dalam laporannya menegaskan komitmen BAZNAS untuk terus menumbuhkan semangat kewirausahaan di lingkungan pesantren.
“Potensi 42.300 pondok pesantren dengan lebih dari 4 juta santri adalah kekuatan ekonomi bangsa yang luar biasa. Melalui program Santripreneur yang diinisiasi sejak 2022, BAZNAS tidak hanya mencetak wirausaha, tetapi juga membangun duta zakat yang berintegritas dan menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai dasar berbisnis,” ujar Eka.
Menurut Eka, hingga saat ini program Santripreneur BAZNAS telah melahirkan 1.485 wirausaha santri di 225 kota, yang bergerak di berbagai sektor seperti kuliner, fesyen, industri kreatif, hingga jasa syariah. “Keberhasilan para alumni Santripreneur menunjukkan bahwa zakat dapat menjadi motor penggerak kemandirian ekonomi umat,” imbuhnya.
Talkshow inspiratif ini menghadirkan tiga sosok alumni Santripreneur BAZNAS yang sukses mengembangkan usaha berbasis pemberdayaan: Tyovan Ari Widagdo, Aisyah Rahman, dan Syarifudin Mustofa.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Nahdliyin, Tyovan Ari Widagdo, berbagi pengalaman perjalanan bisnisnya sejak masih duduk di bangku SMA. Tyovan, yang kini dikenal sebagai pengusaha muda di bidang teknologi digital, menceritakan bagaimana semangat belajar dan keberanian berinovasi menjadi kunci dalam membangun usahanya.
“Saya sudah mulai usaha sejak kelas satu SMA. Waktu itu saya buat bisnis media online, lalu berkembang jadi perusahaan software house. Dari situ saya belajar banyak hal, termasuk pentingnya legalitas usaha dan membangun sistem manajemen,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya santri untuk terus meningkatkan kapasitas diri di era digital. “Santri punya modal besar: akhlak, disiplin, dan daya juang. Kalau ditambah literasi digital dan kemampuan bahasa, santri bisa menjadi pelaku ekonomi global. Dunia bisa dijangkau dari pesantren,” ujarnya.
Tyovan juga mengingatkan pentingnya storytelling dalam bisnis. “Produk bukan sekadar barang, tapi harus punya cerita. Misalnya tas dari pelepah pisang buatan santri itu bukan tas biasa , ia punya nilai dan kisah yang menginspirasi,” katanya.
Sementara itu, Aisyah Rahman, pendiri Bon Bon Flora, menceritakan perjalanan usahanya di bidang agribisnis tanaman hias yang fokus pada pemberdayaan petani. “Masalah yang saya lihat sederhana: banyak petani membuang hasil pertaniannya karena tidak laku dijual. Dari situ kami hadir sebagai agensi pemasaran digital gratis bagi petani tanaman hias,” jelasnya.
Melalui usaha tersebut, Aisyah telah membantu 34 petani dan 12 mitra binaan, serta memberdayakan ibu rumah tangga agar tetap produktif dari rumah. Ia juga menyediakan pendidikan gratis bagi lebih dari seribu anak desa melalui yayasan wakaf yang didirikannya.
“Ketika pandemi berakhir, bisnis kami sempat menurun drastis. Tapi setelah bertemu BAZNAS dan mendapat pendampingan, kami bangkit kembali dan kini bisa menembus pasar global, mengekspor tanaman hias ke Amerika, Kanada, Prancis, hingga Australia,” ungkapnya.
Kisah serupa disampaikan Syarifudin Mustofa, pendiri Mustafa & Co asal Cilacap, yang memproduksi merchandise ramah lingkungan dari limbah pelepah pisang. “Saya sebenarnya tidak sengaja jadi entrepreneur. Dulu cita-citanya jadi dosen, tapi tidak diterima. Akhirnya saya pulang kampung dan mulai membuat tas dari kulit dan bahan alam,” ujarnya.
Berawal dari keterbatasan, Syarifudin kini berhasil membangun bisnis sosial yang melibatkan santri putus sekolah. “Saya ingin membantu teman-teman santri yang tidak punya privilege seperti saya. Kami latih mereka agar punya keterampilan, agar bisa keluar dari kefakiran. Prinsip saya, bisnis yang gagal hanyalah bisnis yang berhenti. Kalau tidak berhenti, insyaallah tidak akan gagal,” tegasnya.
Talkshow Inspiratif dan Santripreneur Expo ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan BAZNAS dalam memperingati Hari Santri Nasional 2025. Melalui kolaborasi yang sinergis antara lembaga zakat, pesantren, pemerintah, dan dunia usaha, BAZNAS terus berkomitmen menghadirkan santri yang unggul secara spiritual, mandiri secara ekonomi, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.
 
    